Ali. Itulah namanya. Sebuah nama yang mengingatkanku kepada sepupu kecil Nabi Muhammad yang pemberani. Memang seperti itulah Ali yang aku kenal. Ali adalah seorang laki-laki yang sangat pemberani. Pada saat tidak ada yang berani untuk mengambil bola yang tersangkut di pohon, Ali berani memanjatnya. Meski setelah dia turun, badannya bergetar hebat. Ali sebenarnya takut, tapi tak pernah diperlihatkannya.
Ali juga sangat senang membaca. Setiap bertemu dengannya, aku selalu melihat Ali sedang membaca. Dari komik sampai ke buku pengetahuan. Alasannya, dia haus akan pengetahuan baru. Ali tak pernah malu untuk bertanya. Pernah suatu hari, Ali bertanya tentang hujan. Bagaimana hujan terbentuk? Aku yang saat itu sedang mengajari anak lain untuk menulis, tertegun mendengar pertanyaannya. Untuk anak berusia 7 tahun, itu adalah pertanyaan yang cerdas. Pada saat itu, aku merasa malu karena tidak bisa menjawabnya. Aku baru bisa menjawabnya seminggu kemudian setelah bersusah payah ‘menongkrongi’ perpustakaan.
Dari sanalah aku berusaha lebih baik lagi. Aku membuka lebih banyak buku lagi agar tidak terlalu mengecewakan saat anak-anak bertanya. Aku memang sangat menyukai dunia pendidikan. Aku hanya ingin berbagi dengan cara mengajar, meski bukan dari jurusan keguruan. Oleh karena itulah hampir setiap sore, aku datang ke panti asuhan ini. Mengajari mereka hal-hal yang aku bisa.
“Teh Sofi, kalo udah besar nanti, aku mau jadi kayak Teh Sofi. Ngajar anak-anak di Panti Asuhan.” Ali tiba-tiba mendekatiku. Aku tertegun. Kemudian tersenyum menatap Ali.
“Teteh yakin, kamu bakalan jadi lebih dari sekedar pengajar seperti Teteh ini,” jawabku sambil tersenyum. Ali menatapku senang, dia kemudian menuju tempat duduknya semula.
Ali tidak hanya cerdas, tapi juga sangat aktif. Tak jarang, dia mengajari beberapa temannya yang sedang kesulitan. Dia pula yang sering mencecarku dengan pertanyaan-pertanyaannya. Pada saat aku tidak ada, pernah kupergoki Ali sedang mengajar teman-temannya. Dia seolah-olah menjadi aku, dengan kacamata Pak Basri–tukang kebun di panti asuhan–di wajahnya. Gayanya unik dan mengundang tawa.
10 tahun kemudian…
Aku berada dalam perjalanan menuju panti asuhan tempatku mengajar 10 tahun yang lalu. Sudah terlalu lama aku meninggalkan tempat dan kenangan yang indah itu. Aku pergi meninggalkan kegiatan mengajarku di panti, karena saat itu aku ditawari untuk melanjutkan kuliah di luar negeri. Dan baru saat inilah aku sempat kembali untuk mengunjungi panti.
Perlahan mobil yang dikendarai Fadli, suamiku, memasuki gerbang panti asuhan. Lagu di radio mobil mengalun dengan merdu
“Hidupmu indah bila kau tahu, jalan mana yang benar
Harapan ada, harapan ada, bila kau mengerti
Hidupmu indah bila kau tau, jalan mana yang benar
Harapan ada, harapan ada, bila kau percaya”
(Salam bagi Sahabat, Glen Fredly feat Albert)
Kenangan tentang Ali dan anak-anak panti asuhan lain berkelebat dalam ingatanku. Lagu itu mengingatkanku pada mereka, terutama Ail, yang selalu bersemangat. Tanpa terasa, air mataku menggenang. Aku mengusap air mata yang jatuh di pipi.
“sayang, kamu kenapa?” tanya Fadli yang ternyata melihatku menangis, “inget Ali yah?” Fadli memberhentikan mobilnya di halaman panti, dia mengusap kepalaku dengan lembut.
Aku tersenyum menatapnya, “iya, aku inget Ali. Apa kabar yah dia? Udah 10 tahun aku ga denger kabarnya”
“Bentar lagi kamu bakalan tau kabarnya,” Fadli tersenyum, kemudian kami bersama-sama keluar dari mobil. Aku menghirup udara di sekitar panti. Sudah tidak sesejuk dulu. Panti itu memang terletak jauh dari perkotaan, tapi sekarang di sekitar panti udah semakin ramai. Kami berjalan beriringan menuju ke dalam panti.
“Teh Sofi?” Tiba-tiba ada yang menyapaku di depan pintu panti asuhan. Aku menengok, dan melihat seorang perempuan muda yang sedang menyapu di depan. Perempuan itu mendekatiku. Aku memicingkan mataku, mencoba mengingat wajah itu. “masih inget ga, Teh? Saya Vita. Dulu saya pernah diajar sama Teh Sofi.”
Aku terbelalak. “Vita? Masyaallah. Kamu makin cantik aja” aku memeluk Vita. Dan ingatan itu berkelebat dalam pikiran ku. Vita adalah penghuni panti asuhan yang saat itu udah bisa dibilang remaja. Vita berusia 13 tahun saat aku meninggalkan panti ini. Wajar kalau dia masih mengingatku. Karena dulu aku memang dekat dengannya. “Kamu apa kabar? Gimana di panti ini? Bu Surti masih jadi kepala panti?”
Vita tertawa. “Aduh, teteh. Banyak amat pertanyaannya. Masuk dulu atuh, yuk. Kita duduk-duduk, supaya ngobrolnya bisa sambil santai” Vita menggamit tanganku. Dia kemudian melihat Fadli dan matanya langsung membulat. “Suami teteh bukan?” bisik Vita sambil tersenyum.
Aku tersipu sambil mengangguk. “iya, teteh lupa mau ngenalin. Fadli, ini Vita. Vita, ini A’ Fadli” mereka berdua kemudian berkenalan. Dan kami berjalan menuju ruang tamu panti.
“Eh, teteh mau tanya. Ali masih tinggal di panti ini? Mana dia? Teteh pengen ketemu” tanyaku setelah duduk di kursi ruang tamu.
Muka Vita kemudian menjadi tegang. Dia terlihat gugup, “aduh, teh. Vita bingung gimana ceritanya” Vita menggigit gigit bibir bawahnya. Aku menjadi gugup juga melihat Vita seperti itu.
Sebenarnya ada apa dengan Ali? Bagaimana kabar Ali setelah Sofi meninggalkan panti asuhan selama 10 tahun? Kenapa Vita terlihat gugup menjawab pertanyaan Sofi? Silahkan simak cerita selanjutnya berjudul “Tangisan Pelangi” yang sudah dilanjutkan oleh Mbak Ais di marsitariani.wordpress.com
Artikel ini diikutsertakan dalam Pagelaran Kecubung 3 Warna di newblogcamp.com
haduh segera ditulis atuh teh kelanjutannya #penasaran hehehehe
@catatan pelangi: hehehe sabar yah, bukan saya yg ngelanjutin :p
nanti diupdate kok kalo udah dilanjutin sm temen saya selanjutnya 😀
Ali sebuah nama yang memang diharapkan bisa jadi wali, Wali pendidikan,wali Allah,dan wali bagi dirinya sendiri
@riez:
aduuh… kreatifnya… 😀
bolak balik pernah nyoba mau bikin cerpen… ngetik sambil selonjoran… malah molor… bangun2liat laptop udah ngegeleser… wkwkwkwk…
@3snainc: setiap orang bisa buat cerpen kok. hehehe 😀
ayo semangat! 😀
kira-kira knp dengan bang ali? segera melipir ke tekape
@merliza: lanjutannya sedang dalam proses, mbak. belum diposting. hehehe
sabar yah 😀
Hayo kenapa? Lanjutkan … ^_^
@bang aswi: lanjutkan, baaaaaaaaannngg 😀
asik nih ceritanya… CLBK ntar jgn2… *plis deh prim… wkakakakakakak…
hari gini katanya lagi trend brondong cinta ma emak2… *GUBRAK!
@mas prima: jiahahahaha plis deh mas 😀
jangan jangaaaaaaaann ………… *kabur sebelum melanjutkan* 😆
waaaah…bagus tulisannya neng… >.<"
huhuhuhuuu..senengnya punya temen cerpenis hebat kaya kamu…
@indah: Alhamdulillah 😀
hahaha lebay ahh kamu :p
wah, chain posting yak kak? Pembukanya saja sudah manteb begini 😀
@pege: iyaaa, ini ada lomba cerita bersambung 😀 jd ikutan deh. hehehe
Alhamdulillah, terima kasih 😀
seru nih kayaknya…
semangat yah buat kalian 🙂
@mbak wulan: iyaa terima kasiiihh 😀
tunggu lanjutannya yah 😀
Eh, nyambung ya? 😀
@asop: iya nyambung, nanti ada sambungannya di blog lain 😀
di tunggu sambungan ceritanya ….
@rubiyanto: sok mangga ditunngu. hehehe sabar yah 😀
hehe…cerita bersambung
@tunsa: hehhe iyaa nih cerita bersambung 😀
Ciehh… Aiiss… cepet banget postingnya, susah lho bikin cerbung kayak gini, aku aja belum kelar-kelar ngerjainnyaa….
Semoga sukses dengan kontesnya ya..
@yuni: hehehe ngejar deadline. wuuuuussshh. masih banyak deadline lain yg harus dikerjakan soalnya 😀
mau ikutan kontes ini juga? ayoooo semangaaaaaatt!!
iyaa terima kasih doanya 😀
waduh teh kentang banget jadi penasaran nih gimana ya nasib si ali
@and1k: tunggu kelanjutannya di blog mbak ais. nanti saya kasih tau kalo udah ada lanjutannya 😀
ceritanya bikin penasaran,,
gimana si Ali kabarnya euy,,
berjaya di K3Warna nya yaa..
@mbak ysalma: hehehehe tunggu yah kelanjutannya. sedang dalam proses. nanti segera di update kok 😀
Asli, kisah si Ali ini benar-benar bikin penasaran. Sesama kontestan, saling mendoakan semoa sama-sama menang. amin.
@abi sabila: hehehe sabar yaaaaahh. tunggu kelanjutannya di blog mbak ais 😀
iyaa mari sama2 berdoa, semoga sama2 menang. amin 😀
udah ada kelanjutannya belom nih? 🙂
@alam: beluum, kalo udah nanti saya update. sabar yah 😀
mas alaam.. maaf ya lamma yah. tapi udah jadi lohh lanjutan nya
🙂
Glek! jadi ingat belum bikin apa2 buat kontes 😀
@kakaakin: ayoooo semangaaaaaaattt!! 😀
*tersipu malu karena menjadi tersangka utama*
😀
enjoy!
🙂
@mbak ais: hayoloh udah ditagihin. hahahhhaha
tp udah bisa dinikmati. ayo klik link yg di atas bwt para blogger yg penasaran sm cerita lanjutannya 🙂
*tersipu malu (malu in)*
mohon maaf sebesar – besar nya yak buat penggemar ALi
(hlaaahh?!?!)
semoga amal ibadah kawan – kawan semakin baik setelah memaafkan keterlambatan ku
hehehehhehehe
😀
@mbak ais: hayooolooooohh hahahahahaha
Ali kan terkenal, mbak 😀 *dibanding penulisnya ternyata lebih terkenal si Ali yah :p
hem… 🙂
@pri: kenapa? perlu permen pelega tenggorokan? 😀
link di postingan udah di update. lanjutan ceritanya udah bisa dinikmati silahkan di klik 🙂
enjoy the story 🙂
Aduhhh,,penasaran mbakkkk
gmn neh lanjutannya…
langsung cekidot ke tkp dah
moga sukses yah mbak, di kontesnya pak de..
@apikecil: sok atuh mangga, silahkan langsung ke TKP. tp 1 lagi blm beres, sabar (lagi) yah 😀
amiiinn, terima kasih doanya 🙂
waoooooow… putri keren! :amaze
@bunda mahes: say: Alhamdulillah 😀
Puuuuuuutttttttt, sosok itu dah selesai nulisnya. Silakan cek dan ricek di blognyah. Link-nya ke http://bangaswi.wordpress.com/2011/03/12/sang-wajah-pelangi/ … tinggal berdoa saja ^_^
Dan … sudah didaftarkan pula!
@bang aswi: huwaaaaaaaaaaa mantep, baaaanng!!
akhirnya udah selese jg! tinggal berdoa aja, semoga kerja keras kita berbuah manis. amiiiinn 😀
@all: cerbungnya udah selese! silahkan ikuti link2 yg terpasang di atas 🙂 selamat menikmati 🙂
Terima kasih atas partisipasi sahabat.
Saya akan melanjutkan perjalanan ke kisah selanjutnya.
Daftar seluruh peserta dapat dilihat di page Daftar Peserta Kecubung 3 Warna di newblogcamp.com
Salam hangat dari Markas BlogCamp Group – Surabaya
@pakde: iyaaa terima kasih udah mencatat kami 🙂
ceritany udah lengkap ya,,,lanjt deh,,,
jadi inget kecubung ku blm nih,,,hihi,,,
suskes ya putri dan tim
@mbak puteri: iyaa ceritanya udah lengkap 🙂 hehehe
ayoo semangat jg buat mbak puteri 🙂
Pembuka cerita yang manis…
Semoga sukses di K3Wnya ya..
Salam kenal
@mechta: hehehe terima kasih 🙂
salam kenal jugaaaaa 😀
Duh…kenapa ga bisa mbuka 2 cerita lanjutannya ya… padahal penasaran nih.. 😦
Ya udah…besok2 dicoba lagi deh…
@mechta: eh? masa?? koneksinya lg ga oke kali.
semoga udah bisa dibuka
Semangat Ali yang perlu dicontoh, tapi, kira-kira apa yang terjadi padanya?? mudah2an yang terbaik. ah, tim ini bikin penasaran aja,, ehhehe…
OK, walaupun agak terlambat, Juri Kecub datang,, untuk mengecup karya para peserta,, mencatat di buku besar,, semoga dapat mengambil hikmah setiap karya dan menyebarkannya pada semua…
sukses peserta kecubung 3 warna.. 🙂
@mbak iyha: hihihii didatengin juri kecubung 🙂
sukses juga buat tim juri 😉
Biarlah segala yang indah menjadi kenangan. Karena kenangan itu tak selalu berujung keindahan.
Kisah sudah disimpan dalam memori untuk dinilai.
Salam hangat.
@mbak choco: hehehe dikunjungi juri 3. hihihii selamat menilai, mbak 😉
Ada apa dengan panti ya setelah ditinggal selama 10 tahun itu? Ceritanya mengalir dan menambah penasaran pembaca
Terima kasih atas partisipasinya, sudah dicatat dalam buku besar juri.
@juri kecub 2: udah ga penasaran kan sekarang? hehehe
terima kasih atas kunjungannya, mas juri 🙂
komenku langsung disandera oleh aki-aki 😦
@mas mandor: hahahaha itu kan karena blm pernah komen di blog ini, jd deh disandera 😀
salam buat teh sofi 😀
@usup: salam dari teh sofi 😀